Senin, 18 November 2013

Nasehat pada orang yang lelah di jalan Dakwah

MERASA LELAH DALAM DAKWAH...?


Ikhwati Fillah, mari kita renungkan fragmen berikut : “Akhi, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da’wah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh…” Begitu keluh kesah seorang kader dakwah kepada murobbinya di suatu malam.
Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad’unya. “Lalu, apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu “? sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. “Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa ikhwah yang justru tak Islami. Juga dengan organisasi da’wah yang ana geluti ; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, ana lebih baik sendiri saja..” jawab ikhwah itu.
Sang murobbi termenung kembali. Tak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal. “Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas, kapal itu ternyata sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan ?” Tanya sang murobbi dengan kiasan bermakna dalam.
Sang mad’u terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. “Apakah antum memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan “? sang murobbi mencoba memberi opsi. “Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan antum untuk berenang sampai tujuan ? Bagaimana bila ikan hiu datang ? Darimana antum mendapat makan dan minum ? Bila malam datang, bagaimana antum mengatasi hawa dingin ? serentetan pertanyaan dihamparkan di hadapan sang ikhwan tersebut.
Tak ayal, sang ikhwan menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadang memuncak, namun sang murobbi yang dihormatinya justru tak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.
“Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan da’wah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah SWT ?” ( Pertanyaan menohok ini menghujam jiwa sang ikhwah. Ia hanya mengangguk. Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok ? antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak di jalan, atau mencoba memperbaikinya ? Tanya sang murobbi lagi.
Sang ikhwah tetap terdiam dalam sesenggukkan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkat tangannya …” Cukup akhi, cukup. Ana sadar. Maafkan ana, Insya Allah ana akan tetap istiqomah. Ana berda’wah bukan untuk mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan.. Biarlah yang lain dengan urusan pribadi masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam da’wah. Dan hanya jalan ini saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji- Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa ana ..” sang mad’u berazzam di hadapan sang murobbi yang semakin dihormatinya.
Sang murobbi tersenyum. “Akhi, jama’ah ini adalah jama’ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan untuk berda’wah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan..” papar sang murabbi.
“ Bila ada satu-dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta’ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap da’wah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka.
Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidaksepakatan selalu disikapi dengan jalan itu; maka kapankah da’wah ini dapat berjalan baik “? sambungnya panjang lebar.
Sang mad’u termenung merenungi setiap kalimat murobbinya. Azzamnya memang kembali menguat. Namun ada satu hal tetap bergelayut di hatinya. “Tapi, bagaimana ana bisa memperbaiki organisasi da’wah dengan kapasitas ana yang lemah ini ?” sebuah pertanyaan konstruktif akhirnya muncul juga. “Siapa bilang kapasitas antum lemah ? Apakah Allah mewahyukan kepada antum ? Semua manusia punya kapasitas yang berbeda. Namun tak ada yang bisa menilai bahwa yang satu lebih baik dari yang lain !” sahut sang murobbi. “Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiyah dalam kebenaran, kesabaran, dan kasih sayang pada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang yang beriman. Bila ada sebuah isu atau gossip, tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghibah antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya…”
Malam itu sang mad’u menyadari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama’ah dalam mengarungi jalan da’wah.
Kembalikan semangat itu saudaraku, jangan biarkan asa itu hilang, dihempas gersangnya debu ‘wahn’ yang begitu kencang menerpa. Biarkan amal-amal ini semua menjadi saksi, sampai kita diberi satu dari dua kebaikan oleh ALLAH SWT: kemenangan atau mati syahid.
Ikhwati fillah, Jalan ini, seberat dan sesulit apapun itu, seorang mukmin sejati akan senantiasa menikmati dan mencintainya. Dalam menjalaninya, kita akan dapat merasakan manisnya jalan ini, rasa manis yang akan memudahkan semua kesulitan, meringankan beban berat, menabahkan kita untuk terus menapaki dan mendakinya, dan menjadikan kita ridho terhadap-NYA, bahkan ketika melewati masa terpahit dan hari terberat sekalipun. kita akan selalu ingatkan siapa saja yang berniat mundur dari jalan ini : “Sesungguhnya akibat dari pengunduran diri adalah keburukan. Apalagi bagi orang yang telah mengerti kebenaran lalu berpaling darinya. Bagi orang yang telah merasakan manisnya kebenaran lalu tenggelam dalam kebatilan. Sesungguhnya membatalkan janji kepada Allah termasuk dosa yg besar di sisi ALlah dan hina di pandangan orang2 yg beriman..” sesungguhnya kita akan menemui masa-masa sulit, masa-masa yg melelahkan, dan berbagai ujian. Padahal kita tengah berada dan berjalan diatas jalan kebenaran dan disibukkan berbagai aktifitas dakwah. Tapi kita meyakini bahwa teguh diatas jalan ini dan sabar menghadapi berbagai, niscaya kepedihan akan sirna, kelelahan akan hilang, dan yg tersisa bagi kita adalah ganjaran dan pahala…
Kita selalu menyadari bahwa sesungguhnya amal islami bukanlah aktifitas sesaat..
amal islami bukanlah aktifitas yg cukup dikerjakan disaat kita memiliki waktu luang dan bisa ditinggalkan saat kita sibuk. Sekali-kali tidak…
Amal islami terlalu mulia dan agung. Sesungguhnya celah tidak akan pernah tertutup…
kekurangan tidak akan pernah hilang, dan yang ma’ruf tidak akan pernah terwujud kecuali dengan amal…
disinilah peran kita…
wahai saudaraku semua….
peran kita semua.
Tentu saja, kata-kata bukan sekedar untuk diucapkan, tetapi ia untuk dipahami dan diamalkan…
Kita paham dan sadar bahwa agama ini hanya akan tegak diatas pundak orang-orang yang memiliki azzam yg kuat. Ia tidak akan tegak diatas pundak orang-orang yg lemah dan suka berhura-hura, tidak akan pernah. Tidak akan pernah tegak agama ini hanya dengan ragu, termangu menjalin mimpi tanpa gerak maju…
Tidak akan pernah tegak agama ini tanpa kerja nyata, dan tercencang jeratan angan hampa….
Ada nasehat yg luar biasa dari Ibnul Qayyim rahimahullah…
“Wahai orang yang bersemangat banci..! ketahuilah, yang paling lemah di papan catur adalah bidak. Namun jika ia bangkit, ia bisa berubah menjadi menteri, bahkan ‘ster’…
nasehat tersebut sangat mengena buat kehidupan kita… betapa kita sering memiliki semangat yang banci dalam mengemban dan menapaki jalan ini, bukan semangat yg membaja…
kita hanya mau aktif dalam ‘zona nyaman’….
kita menjadi militan karena lingkungannua memang membentuk seperti itu, tapi sebenarnya kita rapuh…
kita sering dan mudah sekali mengeluh dan mengeluh, padahal kita belum mencoba berbuat sesuatu….
Semoga Allah merahmati orang yang telah mengucapkan kalimat berikut :
” Wahai orang yang meminang bidadari surga tetapi tidak memiliki sepeser pun semangat, janganlah engkau bermimpi….
telah sirna manisnya masa muda dan yang tersisa hanyalah kepahitan dan penyesalan….
Jika Kesusahan adalah Hujan dan Kebahagiaan adalah Mentari Kita tetap membutuhkan keduanya Untuk melihat indahnya Pelangi
Begitulah aku mengibaratkan UKHUWAH ini Senantiasa saling melengkapi satu dengan lainnya Dan tak ku nafikan jika ada kekurangan yg terjadi di dalamnya Karena itulah ruang PEMAKLUMAN ini begitu terbuka luas untuknya Dan aku senantiasa belajar untuk dapat MEMAHAMI nya semoga begitu juga denganmu …
 

Senin, 01 April 2013

Materi Liqo : Sifat2 Munafik

SIFAT-SIFAT ORANG MUNAFIK
DALAM AL QUR’AN
Munafik menurut istilah adalah menampakkan keislaman dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.
Hendaklah kita waspada dari sifat-sifat munafik, jangan sampai sifat-sifat ini menghinggapi diri kita dan hendaklah kita selalu waspada dari tipu daya orang-orang munafik karena mereka hidup bersama kaum muslimin akan tetapi mereka membenci bahkan memusuhi Islam dan umat Islam.
Walau mereka  menyembunyikan karakter mereka namun al-Qur’an  telah menginformasikan kepada kita mengenai sifat-sifat  mereka sehingga kita akan dapat mengetahuinya, karena semua tanda dan sifat munafik itu tidak akan berubah dan sama setiap zaman dan tempat.
Berikut adalah sifat-sifat yang melekat  pada orang-orang munafik dimanapun yang di sebutkan dalam al-Qur’an, yaitu:
1.    Munafik Itu Penyakit Hati
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit , lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”.  (Al Baqarah 10).
Munafik adalah merupakan salah satu penyakit yang merusak hati ummat manusia. Ia dapat mengurangi kecerdasan manusia sehingga terhalang dari kebenaran, bahkan melihat kebenaran itu sebagai kesalahan, sehingga timbullah rasa bencinya terhadap kebenaran yang pastinya bermanfaat. Dan malah menyenangi kebatilan  yang merusak. Penyakit hati yang seperti ini  selalu mengganggu manusia dan sekurang-kurangnya mempengaruhi nafsu syahwatnya.
2.    Berbuat Kerusakan Di Muka Bumi
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
“Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi “. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS. Al Baqarah 11)
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. (QS. Al Baqarah 12)
Mereka sebenarnya berbuat kerusakan, namun tidak menyadarinya, bahkan mereka menyangka mereka telah berbuat kebaikan.
3.    Menuduh Bodoh Orang  Beriman
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُواْ كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُواْ أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاء أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاء وَلَـكِن لاَّ يَعْلَمُونَ
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu”.  (QS. Al Baqarah 13)
Mereka memang bodoh, karena hanya bersandar kepada ilmu pengetahuan yang picik dan ngotot atas pendirian yang lemah. Namun mereka tidak menyadari kalau diri mereka dalam kesesatan dan kebodohan.
4.    Keras Kepala Dan Merasa Mulia Berbuat Dosa
وَمِنَ النَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
وَإِذَا َوَلَّى سَعَى فِي الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيِهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الفَسَادَ
 وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan . Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya”. (QS. Al Baqarah 204 – 206)
Hal seperti ini di zaman sekarang begitu mudah kita saksikan dengan kasat mata. Betapa orang begitu mudah menghujat syariat, melecehkan agama dengan  mengatasnamakan   pengetahuan dan mereka begitu percaya diri dan bangga di atas kebatilannya, yang di sangka sebagai kecerdasan.
5.    Membantu Orang Kafir  Dan Memata-matai Orang Beriman
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاء مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ العِزَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً
الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِن كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِّنَ اللّهِ قَالُواْ أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ وَإِن كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُواْ أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُم مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ فَاللّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَن يَجْعَلَ اللّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.,  (yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mu’min). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata : “Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu ?” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata : “Bukankah kami turut memenangkanmu , dan membela kamu dari orang-orang mu’min ?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman”. (QS. An Nisaa’ 138 – 139 – 141)
Saat ini kaum muslimin di seluruh dunia sedang menghadapi suatu serangan hebat dari musuhnya yang di komandani oleh Amerika Serikat, yaitu sebuah perang opini dan perang nyata di lapangan pertempuran di beberapa tempat. Isu terorisme dijadikan suatu pembenaran untuk melakukan apasaja yang dapat menghancurkan dan memusnahkan umat Islam dan segala ajarannya. Dan faktanya orang-orang kafir ini sangat di bantu oleh orang-orang munafik, mereka mensuplai informasi dan data, membantu penyebaran propaganda dan lain-lainnya. Mereka mengambil keuntungan tersendiri dari keadaan umat yang tidak menguntungkan saat ini. Dan bahkan mereka mulai memperlihatkan taringnya ketika umat Islam terpojok.
6.    Menipu, Riya Dan Malas Dalan Melaksanakan Ajaran Agama
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
مُّذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لاَ إِلَى هَـؤُلاء وَلاَ إِلَى هَـؤُلاء وَمَن يُضْلِلِ اللّهُ فَلَن
 تَجِدَ لَهُ سَبِيلاً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali .
Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir) , maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya”. (QS. An Nisaa’ 142 – 143)
Inilah karakter asli mereka, menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Rusaknya itikad dan keyakinan membuat mereka begitu berat dan malas untuk melaksanakan ibadah. Kalaupun mengerjakan terkandung di dalam hatinya tidak menyenanginya, hanya karena riya atau mengelabui orang lain.
7.    Berhukum Kepada Setan
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُواْ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُواْ إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُواْ أَن يَكْفُرُواْ بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلاَلاً بَعِيداً
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْاْ إِلَى مَا أَنزَلَ اللّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ
 يَصُدُّونَ عَنكَ صُدُوداً
فَكَيْفَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَآؤُوكَ يَحْلِفُونَ بِاللّهِ إِنْ أَرَدْنَا إِلاَّ إِحْسَاناً وَتَوْفِيقاً
أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلاً بَلِيغاً
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut , padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka : “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah : “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. (QS. An Nisaa’ 60 – 63)
8.    Membikin Kekacauan Dibarisan Kaum Muslimin
لَوْ خَرَجُواْ فِيكُم مَّا زَادُوكُمْ إِلاَّ خَبَالاً ولأَوْضَعُواْ خِلاَلَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَاللّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
“Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim”.  (QS. At Taubah 47)
Sejarah telah mencatat tindakan mereka untuk menggembosi pasukan kaum muslimin  sewaktu  perang Uhud dengan melakukan desersi di tengah perjalanan, agar terjadi kekacauan yang akan melemahkan mental juang kaum muslimin dan benarlah tindakan mereka hampir menciptakan konflik internal.
9.    Mendustakan, Menakut-nakuti Dan Membenci Kaum Muslimin
وَيَحْلِفُونَ بِاللّهِ إِنَّهُمْ لَمِنكُمْ وَمَا هُم مِّنكُمْ وَلَـكِنَّهُمْ قَوْمٌ يَفْرَقُونَ
لَوْ يَجِدُونَ مَلْجَأً أَوْ مَغَارَاتٍ أَوْ مُدَّخَلاً لَّوَلَّوْاْ إِلَيْهِ وَهُمْ يَجْمَحُونَ
“Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu). Jikalau mereka memperoleh tempat perlindunganmu atau gua-gua atau lobang-lobang (dalam tanah) niscaya mereka pergi kepadanya dengan secepat-cepatnya”. (QS. At Taubah 56 – 57)
Diantara sifat-sifat orang munafik adalah berdusta dan bersumpah palsu, seperti sabda Rosul, “Tanda orang munafik ada tiga perkara; apabila berbicara berdusta, apabila berjanji menyalahi, apabila diberi amanat berkhianat”. (A Hadits).
Mereka adalah suatu golongan yang suka menaku-nakuti dan memusuhi kaum muslimin. Dan yang mendorong berdusta karena mereka takut tersingkap kekafiran yang terpendam di dalam hati mereka, sehingga mendapat  balasan yang setimpal dari kaum muslimin.
10.    Mencela Orang Yang Berlaku Benar Dan Marah Bila Tak tercapai Keinginannya
وَمِنْهُم مَّن يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُواْ مِنْهَا رَضُواْ وَإِن لَّمْ يُعْطَوْاْ
 مِنهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ
‘Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah”. (QS. At Taubah 58)
Sifat ini sangat mengemuka bahkan Rosulullah saw pun dituduh dan dicaci oleh mereka berlaku tidak adil dalam pembagian zakat. Begitulah sikap orang munafik sepanjang masa, mereka senang apabila di berikan keinginan mereka, dan akan marah apabila tidak diberikan apa yang mereka kehendaki.
11.    Menyuruh Yang Mungkar Dan Melarang Orang Berbuat Baik
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya . Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik”. (QS. At Taubah 67)
Karena jiwa mereka dalam keadaan sakit,  yang tak ingin melihat yang baik dan perbuatan baik. Mereka lebih  menyenangi yang munkar dan menyebarkan kejahatan serta kemunkaran. Mereka juga melarang orang yang berbuat baik dengan berbagai cara dan sarana.
12.    Khianat Dan Tidak Menepati Janji
وَمِنْهُم مَّنْ عَاهَدَ اللّهَ لَئِنْ آتَانَا مِن فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ
فَلَمَّا آتَاهُم مِّن فَضْلِهِ بَخِلُواْ بِهِ وَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعْرِضُونَ
فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُواْ اللّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا
 كَانُواْ يَكْذِبُونَ
“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).  Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta”. (QS. At Taubah 75 – 77)
13.    Menghina Orang Yang Beriman
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَ يَجِدُونَ
 إِلاَّ جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih”. (QS. At Taubah 79)
Mereka menghina orang yang memakai hijab yang sesuai dengan syariat, mencaci laki-laki yang berjenggot, mencela orang beriman yang bersedekah dengan mengatakan itu perbuatan riya, dan lain-lain. Merka begitu sombong, mengejek dan mentertawakan orang yang beriman.
14.    Mengajak Meninggalkan Jihad
فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلاَفَ رَسُولِ اللّهِ وَكَرِهُواْ أَن يُجَاهِدُواْ بِأَمْو
َالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَقَالُواْ لاَ تَنفِرُواْ فِي الْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ
 حَرّاً لَّوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ
“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini”. Katakanlah: “Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jika mereka mengetahui”. (QS. At Taubah 81)
Dari sifat orang yang munafik  mereka tidak tahu dan tidak mengerti bahwa nereka telah keluar dari keimanannya kepada Allah karena meninggalkan jihad. Dengan dalih karena hari panas, mereka mengajak orang lain agar meninggalkan jihad.  Realitas kekinian banyak sekali umat Islam yang begitu apriori mendengar kata jihad, kaum munafik telah bersekongkol dengan orang-orang kafir agar umat Islam meninggalkan jihad.
15.    Memudaratkan Orang Yang Beriman
وَالَّذِينَ اتَّخَذُواْ مَسْجِداً ضِرَاراً وَكُفْراً وَتَفْرِيقاً بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَاداً
 لِّمَنْ حَارَبَ اللّهَ وَرَسُولَهُ مِن قَبْلُ وَلَيَحْلِفَنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلاَّ الْحُسْنَى وَاللّهُ
 يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَداً لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ
 فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mu’min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu . Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).  Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (QS. At Taubah 107 – 108)
Seperti yang terjadi di zaman Rosululloh, Dimana para munafikin sengaja membangun masjid dhirar  untuk menyaingi masjid kuba. Yang tujuannya adalah untuk merusak kaum muslimin, untuk menanamkan permusuhan kepada Allah dan Rosulnya. Kendatipun mereka telah bersumpah namun sumpah itu sumpah palsu.
Demikianlah pemaparan Al Qur’an yang begitu jelas dan detail memberi petunjuk kepada kita untuk mengenali sekaligus mewaspadai  mereka. Karena sungguh mereka banyak tersebar di berbagai sendi kehidupan kaum muslimin, disadari maupun tidak disadari. Namun kita sebagai da’i harus mampu bersikap dengan tepat, sesuai apa yang di contohkan oleh Rosululloh saw sebagai teladan tertinggi dalam menyikapi orang-orang munafik ini. Karena selain mereka merupakan obyek dakwah kita, senyatanya mereka juga adalah   musuh yang berbahaya sekaligus.
Akhir kata hanya kepada Allah sajalah kita mohon kekuatan dan perlindungan dari tipu daya dan bahaya nifak dan orang-orang munafik.

Motivasi Dakwah

     Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.
Ba’da tahmid wa shalawat
Ikhwah rahimakumullah, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat 19 Ayat 12 : …..
Ya Yahya hudzil kitaaba bi quwwah …” (QS. Maryam (19):12)
Tatkala Allah SWT memberikan perintah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, Ia tak hanya menyuruh mereka untuk taat melaksanakannya melainkan juga harus mengambilnya dengan quwwah yang bermakna jiddiyah, kesungguhan-sungguhan.
Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.
Namun kebatilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya, oleh karena itulah Ali bin Abi Thalib ra menyatakan: “Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh Al-bathil yang tertata dengan baik”.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja tentu mereka tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat. Di situlah letak hikmahnya yakni bahwa seorang da’i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azam yang lemah dan pengorbanan yang sedikit.
Ali sempat mengeluh ketika melihat semangat juang pasukannya mulai melemah, sementara para pemberontak sudah demikian destruktif, berbuat dan berlaku seenak-enaknya. Para pengikut Ali saat itu malah menjadi ragu-ragu dan gamang, sehingga Ali perlu mengingatkan mereka dengan kalimatnya yang terkenal tersebut.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Ketika Allah menyuruh Nabi Musa as mengikuti petunjuk-Nya, tersirat di dalamnya sebuah pesan abadi, pelajaran yang mahal dan kesan yang mendalam:
“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): “Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang teguh kepada perintah-perintahnya dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq”.(QS. Al-A’raaf (7):145)
Demikian juga perintah-Nya terhadap Yahya, dalam surat Maryam ayat 12 :
“Hudzil kitaab bi quwwah” (Ambil kitab ini dengan quwwah). Yahya juga diperintahkan oleh Allah untuk mengemban amanah-Nya dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan). Jiddiyah ini juga nampak pada diri Ulul Azmi (lima orang Nabi yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad yang dianggap memiliki azam terkuat).
Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.
Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita: “Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-sekian”.
Hendaknya kita melihat bagaimana kisah kehidupan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Usia mereka hanya sekitar 60-an tahun. Satu rentang usia yang tidak terlalu panjang, namun sejarah mereka seakan tidak pernah habis-habisnya dikaji dari berbagai segi dan sudut pandang. Misalnya dari segi strategi militernya, dari visi kenegarawanannya, dari segi sosok kebapakannya dan lain sebagainya.
Seharusnyalah kisah-kisah tersebut menjadi ibrah bagi kita dan semakin meneguhkan hati kita. Seperti digambarkan dalam QS. 11:120, orang-orang yang beristiqomah di jalan Allah akan mendapatkan buah yang pasti berupa keteguhan hati. Bila kita tidak kunjung dapat menarik ibrah dan tidak semakin bertambah teguh, besar kemungkinannya ada yang salah dalam diri kita. Seringkali kurangnya jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dalam diri kita membuat kita mudah berkata hal-hal yang membatalkan keteladanan mereka atas diri kita. Misalnya: “Ah itu kan Nabi, kita bukan Nabi. Ah itu kan istri Nabi, kita kan bukan istri Nabi”. Padahal memang tanpa jiddiyah sulit bagi kita untuk menarik ibrah dari keteladanan para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam, tekad dan bukannya kemiskinan harta.
Misalnya anak yang mendapatkan warisan berlimpah dari orangtuanya dan kemudian dihabiskannya untuk berfoya-foya karena merasa semua itu didapatkannya dengan mudah, bukan dari tetes keringatnya sendiri. Boleh jadi dengan kemiskinan azam yang ada padanya akan membawanya pula pada kebangkrutan dari segi harta. Sebaliknya anak yang lahir di keluarga sederhana, namun memiliki azam dan kemauan yang kuat kelak akan menjadi orang yang berilmu, kaya dan seterusnya.
Demikian pula dalam kaitannya dengan masalah ukhrawi berupa ketinggian derajat di sisi Allah. Tidak mungkin seseorang bisa keluar dari kejahiliyahan dan memperoleh derajat tinggi di sisi Allah tanpa tekad, kemauan dan kerja keras.
Kita dapat melihatnya dalam kisah Nabi Musa as. Kita melihat bagaimana kesabaran, keuletan, ketangguhan dan kedekatan hubungannya dengan Allah membuat Nabi Musa as berhasil membawa umatnya terbebas dari belenggu tirani dan kejahatan Fir’aun.
Berkat do’a Nabi Musa as dan pertolongan Allah melalui cara penyelamatan yang spektakuler, selamatlah Nabi Musa dan para pengikutnya menyeberangi Laut Merah yang dengan izin Allah terbelah menyerupai jalan dan tenggelamlah Fir’aun beserta bala tentaranya.
Namun apa yang terjadi? Sesampainya di seberang dan melihat suatu kaum yang tengah menyembah berhala, mereka malah meminta dibuatkan berhala yang serupa untuk disembah. Padahal sewajarnya mereka yang telah lama menderita di bawah kezaliman Fir’aun dan kemudian diselamatkan Allah, tentunya merasa sangat bersyukur kepada Allah dan berusaha mengabdi kepada-Nya dengan sebaik-baiknya. Kurangnya iman, pemahaman dan kesungguh-sungguhan membuat mereka terjerumus kepada kejahiliyahan.
Sekali lagi marilah kita menengok kekayaan sejarah dan mencoba bercermin pada sejarah. Kembali kita akan menarik ibrah dari kisah Nabi Musa as dan kaumnya.
Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 20-26 : “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain”.
“Hai, kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi”.
“Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari negri itu. Jika mereka keluar dari negri itu, pasti kami akan memasukinya”.
“Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.
“Mereka berkata: “Hai Musa kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”.
“Berkata Musa: “Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu”.
“Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasiq itu”.
Rangkaian ayat-ayat tersebut memberikan pelajaran yang mahal dan sangat berharga bagi kita, yakni bahwa manusia adalah anak lingkungannya. Ia juga makhluk kebiasaan yang sangat terpengaruh oleh lingkungannya dan perubahan besar baru akan terjadi jika mereka mau berusaha seperti tertera dalam QS. Ar-Ra’du (13):11, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka berusaha merubahnya sendiri”.
Nabi Musa as adalah pemimpin yang dipilihkan Allah untuk mereka, seharusnyalah mereka tsiqqah pada Nabi Musa. Apalagi telah terbukti ketika mereka berputus asa dari pengejaran dan pengepungan Fir’aun beserta bala tentaranya yang terkenal ganas, Allah SWT berkenan mengijabahi do’a dan keyakinan Nabi Musa as sehingga menjawab segala kecemasan, keraguan dan kegalauan mereka seperti tercantum dalam QS. Asy-Syu’ara (26):61-62, “Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku bersamaku, kelak Dia pasti akan memberi petunjuk kepadaku”.
Semestinya kaum Nabi Musa melihat dan mau menarik ibrah (pelajaran) bahwa apa-apa yang diridhai Allah pasti akan dimudahkan oleh Allah dan mendapatkan keberhasilan karena jaminan kesuksesan yang diberikan Allah pada orang-orang beriman. Allah pasti akan bersama al-haq dan para pendukung kebenaran. Namun kaum Nabi Musa hanya melihat laut, musuh dan kesulitan-kesulitan tanpa adanya tekad untuk mengatasi semua itu sambil di sisi lain bermimpi tentang kesuksesan. Hal itu sungguh merupakan opium, candu yang berbahaya. Mereka menginginkan hasil tanpa kerja keras dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah “qaumun jabbarun” yang rendah, santai dan materialistik. Seharusnya mereka melihat bagaimana kesudahan nasib Fir’aun yang dikaramkan Allah di laut Merah.
Seandainya mereka yakin akan pertolongan Allah dan yakin akan dimenangkan Allah, mereka tentu tsiqqah pada kepemimpinan Nabi Musa dan yakin pula bahwa mereka dijamin Allah akan memasuki Palestina dengan selamat.
Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam QS. 47:7, “In tanshurullah yanshurkum wayutsabbit bihil aqdaam” (Jika engkau menolong Allah, Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu).
Hendaknya jangan sampai kita seperti Bani Israil yang bukannya tsiqqah dan taat kepada Nabi-Nya, mereka dengan segala kedegilannya malah menyuruh Nabi Musa as untuk berjuang sendiri. “Pergilah engkau dengan Tuhanmu”. Hal itu sungguh merupakan kerendahan akhlak dan militansi, sehingga Allah mengharamkan bagi mereka untuk memasuki negri itu. Maka selama 40 tahun mereka berputar-putar tanpa pernah bisa memasuki negri itu.
Namun demikian, Allah yang Rahman dan Rahim tetap memberi mereka rizqi berupa ghomama, manna dan salwa, padahal mereka dalam kondisi sedang dihukum.
Tetapi tetap saja kedegilan mereka tampak dengan nyata ketika dengan tidak tahu dirinya mereka mengatakan kepada Nabi Musa tidak tahan bila hanya mendapat satu jenis makanan.
Orientasi keduniawian yang begitu dominan pada diri mereka membuat mereka begitu kurang ajar dan tidak beradab dalam bersikap terhadap pemimpin. Mereka berkata: “Ud’uulanaa robbaka” (Mintakan bagi kami pada Tuhanmu). Seyogyanya mereka berkata: “Pimpinlah kami untuk berdo’a pada Tuhan kita”.
Kebodohan seperti itu pun kini sudah mentradisi di masyarakat. Banyak keluarga yang berstatus Muslim, tidak pernah ke masjid tapi mampu membayar sehingga banyak orang di masjid yang menyalatkan jenazah salah seorang keluarga mereka, sementara mereka duduk-duduk atau berdiri menonton saja.
Rasulullah saw memang telah memberikan nubuwat atau prediksi beliau: “Kelak kalian pasti akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta dan sedepa demi sedepa”. Sahabat bertanya: “Yahudi dan Nasrani ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Siapa lagi?”.
Kebodohan dalam meneladani Rasulullah juga bisa terjadi di kalangan para pemikul dakwah sebagai warasatul anbiya (pewaris nabi). Mereka mengambil keteladanan dari beliau secara tidak tepat. Banyak ulama atau kiai yang suka disambut, dielu-elukan dan dilayani padahal Rasulullah tidak suka dilayani, dielu-elukan apalagi didewakan. Sebaliknya mereka enggan untuk mewarisi kepahitan, pengorbanan dan perjuangan Rasulullah. Hal itu menunjukkan merosotnya militansi di kalangan ulama-ulama amilin.
Mengapa hal itu juga terjadi di kalangan ulama, orang-orang yang notabene sudah sangat faham. Hal itu kiranya lebih disebabkan adanya pergeseran dalam hal cinta dan loyalitas, cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya telah digantikan dengan cinta kepada dunia.
Mentalitas Bal’am, ulama di zaman Fir’aun adalah mentalitas anjing sebagaimana digambarkan di Al-Qur’an. Dihalau dia menjulurkan lidah, didiamkan pun tetap menjulurkan lidah. Bal’am bukannya memihak pada Musa, malah memihak pada Fir’aun. Karena ia menyimpang dari jalur kebenaran, maka ia selalu dibayang-bayangi, didampingi syaithan. Ulama jenis Bal’am tidak mau berpihak dan menyuarakan kebenaran karena lebih suka menuruti hawa nafsu dan tarikan-tarikan duniawi yang rendah.
Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia. Misalnya, manusia yang memang memiliki akal akan bisa mengerti tentang berharganya cincin berlian, mereka mau berkelahi untuk memperebutkannya. Tetapi anjing yang ada di dekat cincin berlian tidak akan pernah bisa mengapresiasi cincin berlian. Ia baru akan berlari mengejar tulang, lalu mencari tempat untuk memuaskan kerakusannya. Sampailah anjing tersebut di tepi telaga yang bening dan ia serasa melihat musuh di permukaan telaga yang dianggapnya akan merebut tulang darinya. Karena kebodohannya ia tak tahu bahwa itu adalah bayangan dirinya. Ia menerkam bayangan dirinya tersebut di telaga, hingga ia tenggelam dan mati.
Kebahagiaan sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada sesuatu yang fana dan rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada keabadian.
Nabi Yusuf as sebuah contoh keistiqomahan, ia memilih di penjara daripada harus menuruti hawa nafsu rendah manusia. Ia yang benar di penjara, sementara yang salah malah bebas.
Ada satu hal lagi yang bisa kita petik dari kisah Nabi Yusuf as. Wanita-wanita yang mempergunjingkan Zulaikha diundang ke istana untuk melihat Nabi Yusuf. Mereka mengiris-iris jari-jari tangan mereka karena terpesona melihat Nabi Yusuf. “Demi Allah, ini pasti bukan manusia”. Kekaguman dan keterpesonaan mereka pada seraut wajah tampan milik Nabi Yusuf membuat mereka tidak merasakan sakitnya teriris-iris.
Hal yang demikian bisa pula terjadi pada orang-orang yang punya cita-cita mulia ingin bersama para nabi dan rasul, shidiqin, syuhada dan shalihin. Mereka tentunya akan sanggup melupakan sakitnya penderitaan dan kepahitan perjuangan karena keterpesonaan mereka pada surga dengan segala kenikmatannya yang dijanjikan.
Itulah ibrah yang harus dijadikan pusat perhatian para da’i. Apalagi berkurban di jalan Allah adalah sekedar mengembalikan sesuatu yang berasal dari Allah jua. Kadang kita berat berinfaq, padahal harta kita dari-Nya. Kita terlalu perhitungan dengan tenaga dan waktu untuk berbuat sesuatu di jalan Allah padahal semua yang kita miliki berupa ilmu dan kemuliaan keseluruhannya juga berasal dari Allah. Semoga kita terhindar dari penyimpangan-penyimpangan seperti itu dan tetap memiliki jiddiyah, militansi untuk senantiasa berjuang di jalan-Nya. Amin.
Wallahu a’lam bis shawab
*Judul Sebenarnya:Membangun dan Membina Militansi Kita

Selasa, 19 Maret 2013

Karya Mawapres 2013



PENANGGULANGAN KEMISKINAN
DI KOTA GORONTALO
PROVINSI GORONTALO

Dibuat Dalam Rangka Seleksis Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Fakultas

Di Susun
Oleh

VEBRIYANTO ALBAKIR
911 411 164









FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2013
LEMBAR PENGESAHAN

1.      Judul                               : Penanggulangan Kemiskinan di Kota Gorontalo
                                          Provinsi Gorontalo.
2.      Identitas                          :
a.       Nama Lengkap          : Vebriyanto Albakir
b.      Jenis Kelamin            : Laki-laki
c.       NIM                          : 911 411 164
d.      Jurusan                      : Pendidikan Ekonomi
e.       Program Studi           : S1 Pendidikan Ekonomi
f.       Alamat Rumah          : Jln. M. Toyyib Gobel. Desa Tinelo Ayula. Tapa
g.      Telpon/email              : 085397915244/albakirvebriyanto@yahoo.co.id


                                 
                                                                              Gorontalo,     Maret 2013
Text Box: Penyusun




Vebriyanto Albakir
NIM : 911 411 164
Text Box: Dosen Pendamping




Badryyah Djula, S.Pd, M.Pd
NIP : 19700816 200501 2 001
Mengetahui                                







Text Box: Menyetujui
Pembantu Dekan III FEB UNG




Irwan Yantu, S.Pd, M.Si
NIP : 19731020 200312 1 001
 







RINGKASAN
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita  perbuan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Selama tahun 2006-2010, garis kemiskinan naik sebesar 20,62 persen, yaitu dari 160.975 rupiah per kapita per bulan pada tahun 2006 menjadi 238.397 rupiah per bualan pada tahun 2010.
Pengantasan kemiskinan di kota Gorontalo diperlukan kajian yang sifatnya komprehensif, sehingga di dalam memecahkan masalah kemiskinan tersebut diperlukan pengembangan model yang sudah ada atau yang sudah di lakukan oleh pemerintah sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik. Dalam pengembangan model pengentasan kemiskinan, tetapi juga yang penting adalah bagaimana memberdayakan potensi ekonomi, sosial dan budaya yang ada pada masyarakat untuk hidup dan berusaha secara produktif.
Menurut Kaloh (2007:246) program-program penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara terpadu, bukan saja pada proses perencanaan tetapi pada sasaran yang disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing wilayah tersebut. Hal ini sangat menyempurnakan pendekatan yang selama ini telah dilaksanakan dengan menyeragamkan suatu program pembangunan disemua wilayah Indonesia tanpa menghiraukan kondisi-kondisi yang melingkupinya. Dengan adanya model keterpaduan program mengatasi kemiskinan yang lebih spesifik maka nilai tambah dari suatu program akan semakin besar.
Muhammad Hambali (2008) menyatakan ada 5 fokus program pemerintah yang harus di lakukan:
1.      Menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok.
2.      Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin.
3.      Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat.
4.      Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar.
5.      Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.
SUMMARY

The size of the number of poor people is strongly influenced by the poverty line, as the population has an average per capita monthly expenditure below the poverty line were categorized as poor.
During the years 2006-2010, the poverty line rose by 20.62 percent, from 160,975 rupiah per capita per month in 2006 to 238,397 rupiah per hoax in 2010.
Poverty reduction in Gorontalo city required a comprehensive study nature, so that in solving the problem of poverty is necessary the development of models that already exist or that have been done by the government so that it can deliver better results. In developing the model of poverty reduction, but the important thing is how to empower the potential economic, social and cultural development of the community to live and try to be productive.
According Kaloh (2007:246) poverty reduction programs should be integrated, not only in the planning process but the goals that are tailored to the characteristics of each region. It is so perfected that approach had been implemented with a uniform developmental program in all parts of Indonesia regardless of the surrounding conditions. With the integration of the model programs that address poverty more specifically, the value added of the program will be even greater.
Muhammad Hambali (2008) states there are 5 focus of government programs that should be done:
1. Maintain stable prices.
2. Encouraging growth pro-poor.
3. Refine and expand the scope of community-based development programs.
4. Improve access of the poor to basic services.
5. Establish and perfect the system of social protection for the poor.



KATA PENGANTAR
Asalamu’alaikum Warromatullahi Wabarrokatuh
Selama tatasurya masih berputar pada porosnya, dan makhluk hidup (masnusia) masih melangkahkan kaki dibumi sebelum ditandai dengan gundukan tanah, maka tiada kata yang paling suci dan paling mulia selain ucapan syukur yang tak terhingga kepada penguasa Langit dan Bumi, Dialah Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat sehat jasmani dan rohani kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang akan di perlombakan dalam Seleksi Mahasiswa Berprestasi tingkat Fakultas tahun 2013.
Solawat serta salam tak lupa pula penulis haturkan kepada sang revolusioner sejati, penegah kebenaran, penunjuk jalan yang lurus dan pemberi kedamaian. Dialah Murobbi besar kita, kekasih Allah SWT, Mohammad SAW. Yang telah memberikan petunjuk kepada kita semua ke jalan yang baik dan benar.
Penulis ucapkan juga terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penanggulangan Kemiskinan” Insya Allah makalah ini bisa menambah referensi pembaca terutama pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yang ada di Kota Gorontalo.

                                                                                Gorontalo     Maret 2013


                                                                                               Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................    .....i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................         1
1.1  Latar Belakang......................................................................................          1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3  Tujuan Penelitian.................................................................................. 2
1.4  Manfaat Penelitian................................................................................ 3
BAB II
KAJIAN TEORITIS..................................................................................     ....     4
2.1 Kemiskinan.......................................................................................... 4
2.2.Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan................................................... 5
2.3 Penanggulangan Kemiskinan..............................................................  8
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan........................................................... 14
BAB III
METODE PENELITIAN............................................................................. 16
3.1 Pendekatan Penelitian..........................................................................16
3.2 Lokasi Penelitian................................................................................. 16
3.3 Jenis dan Sumber Data........................................................................ 16
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel...........................  17
3.5 Pengumpulan Data.............................................................................. 17
3.6 Analisis Data..................................................................................  17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................     19























BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Permasalahan kemiskinan sekarang ini menjadi sebuah tugas besar bagi pemerintah Provinsi Gorontalo, khususnya pemerintah Kota Gorontalo yang senantiasa menjunjung tinggi perekonomian masyarakat. Kemiskinan juga merupakan salah satu tolak ukur sosio ekonomi dalam menilai sebuah keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah disuatu daerah.
Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya.
Mengatasi kemiskinan pada hakikatnya merupakan upaya memberdayakan masyarakat miskin untuk dapat mandiri, baik dalam pengertian ekonomi, sosial budaya, dan politik. Pemberdayaan politik pada lapisan masyarakat miskin merupakan sesuatu yang tidak dapat terlelakan apabila pemerataan ekonomi dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial dikehendaki. Lapisan masyarakat miskin pada dasarnya merupakan lapisan yang mempunyai potensi politik, tetapi karena berbagai hal usaha kelompok ini terpendam dalam struktur politik. Oleh karena itu, agar dapat lari dari masalah kemiskinan maka pemberdayaan sosial politik sangat diperlukan sebab masyarakat miskin dapat mampu bersuara dalam struktur sosial politik tersebut. Semakin tinggi akses politik yang dimiliki oleh lapisan masyarakat miskin, maka semakin tinggi pula akses ekonomi yang dimiliki, yang pada akhirnya dapat dirinya masalah kemiskinan yang dihadapi.
Pada tahun 2011, jumah Keuarga pra Sejahtera di kota Gorontao sebanyak 2.375 keluarga. Sementara itu jumah keluarga Sejahtera sebanyak 42.772 keuarga dengan komposisi terbanyak berada pada tingkat keluarga sejahtera II.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk yang memiiki rata-rata pengeuaran perkapita  perbuan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Seama tahun 2006-2010, garis kemiskinan naik sebesar 20,62 persen, yaitu dari 160.975 rupiah per kapita per buan pada tahun 2006 menjadi 238.397 rupiah per bualan pada tahun 2010.
Pengantasan kemiskinan di kota Gorontalo diperlukan kajian yang sifatnya komprehensif, sehingga di dalam memecahkan masalah kemiskinan tersebut diperlukan pengembangan model yang sudah ada atau yang sudah di lakukan oleh pemerintah sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik. Dalam pengembangan model pengentasan kemiskinan, tetapi juga yang penting adalah bagaimana memberdayakan potensi ekonomi, sosial dan budaya yang ada pada masyarakat untuk hidup dan berusaha secara produktif.
Melihat kondisi diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kemiskinan di Kota Gorontalo dan penanggulangannya. Penulis berharap dengan karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka mengentaskan kemiskinan dari Kota Gorontalo ini.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan later belakan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
a.       Bagaimana Kondisi Kemiskinan di Kota Gorontalo?
b.      Faktor apa yang menyebabkan Kemiskinan di Kota Gorontalo?
c.       Bagaimana cara menanggulangi maslah kemiskinan di Kota Gorontalo?

1.3  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
a.       Mengetahui kondisi Kemiskinan di Kota Gorontalo.
b.      Mengetahui faktor penyebab kemiskinan di Kota Gorontalo.
c.       Mengetahui bagaimana cara menanggulangi Kemiskinan.

1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah agar masyarakat mengetahui kondisi kemiskinan  di Kota Gorontalo dan dapat mencari solusi menanggulanginya. Diharapkan pembaca dapat membantu pemerintah agar kemiskinan di Gorontalo dapat segera teratasi.


























BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya menglihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiyah yang sudah mapan. (id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan : diunduh 18 Maret 2013 : 08.35)
Menurut Supriatna (2000:196) Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk pada umumnya di tandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan, dab gizi serta kesejahteraannya sehingga menunjukan lingkaran ketidak berdayaan. Kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal maupun nonformal dan membawa konsekuensi terhadap pendidikan formal yang rendah.
Definisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktutal dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang (Sudantoko, 2009 : 43-46)

Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidak mampuan berpartisipasi dalam bermasyarakat secara ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Oleh karena itu bentuk kemiskinan tidak hanya unidemensi tetapi mencakup juga kemiskinan insani dan kemiskinan martabat (Lubis:2004).
Menurut Sumarsono (2002) Ada beberapa indikator tentang masyarakat miskin, yaitu :
a.       Kerentanan, ketidak berdayaan, keterisolasian, ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi.
b.      Tingginya beban sosial ekonomi masyarakat.
c.       Rendahnya kualitas dan produktivitas SDM.
d.      Kemungkinan merosotnya generasi mendatang.
e.       Rendahnya partisipasi masyarakat.
f.       Menurunya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kemiskinan adalah profil kehidupan masyarakat yang menggambarkan ketidak mampuannya untuk hidup layak dan berpartisipasi dalam pembangunan yang sedang dan terus berjalan. Kemiskinan tersebut akan menghambat perkembangan dirinya, mempersulit masyarakat secara luas dan dengan sendirinya menghambat pembangunan (Pasandaran : 1994)
Hendra (1987:43) mengatakan bahwa kemiskinan adalah adanya ketimpangan dalam pemilikan alat produksi. Bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, dan lingkungan tertentu dalam suatu masyarakat. Kemiskinan juga diartikan sebagai ketidakberdayaan sekelompok masyarakat di bawah suatu sistem pemerintahan yang menyebabkan mereka berada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi.
2.2 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
Jhingan (2004) Mengemukakan tiga ciri utama daerah berkembang yang menjadi penyebab dan sekaligus akibat yang saling terkait pada kemiskinan. Pertama, prasarana dan sarana pendidikan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tingginya jumlah penduduk buta huruf dan tidak memiliki keterampilan ataupun keahlian. Ciri kedua, sarana kesehatan dan pola konsumsi buruk sehingga hanya sebahagian kecil penduduk yang bisa menjadi tenaga kerja produktif, dan yang ketiga adalah penduduk terkonsentrasi di sektor pertanian.
Marwadi (2004) menyebutkan ada enam kategori yang menyebabkan kemiskinan, antara lain:
1.      Ketidakberdayaan
Faktor ketidak berdayaan merupakan faktor di luar kendali masyarakat miskin, yang mencakup aspek ketersediaan lapangan pekerjaan, tingkat biaya/harga (baik barang konsumsi, sarana produksi, maupun harga jual produksi), kebijakan pemerintah, sistem adat, lilitan hutang, keamanan dan takdir/kodrat. Aspek takdir ini merupakan bentuk kepasrahan dari masyarakat miskin karena kondisi kemiskinan yang mereka alami sudah sedemikian rupa sehingga timbullah sikap apatis dan mereka menganggap bahwa hanya Mukjizat tuhan yang bisa mengubah keadaan.
2.      Kekurangan materi
Yang termasuk dalam kategori kekurangan materi adalah kepemilikan atau tidak memiliki berbagai macam aset, seperti rumah, tanah, modal kerja, warisan, serta rendahnya penghasilan karena upah atau hasil panen yang rendah. Faktor kekurangan materi merupakan faktor penyebab kemiskinan yang dominan selain faktor ketidakberdayaan.
3.      Keterkucilan
Faktor keterkucilan terkait dengan hambatan fisik dan nonfisik dalam mengakses kesempatan meningkatkan kesejahteraan, antara lain lokasi yang terpencil, prasarana transportasi yang buruk, tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, akses terhadap kredit, pendidikan, kesehatan, irigasi dan air bersih tidak ada/kurang memadai.
4.      Kelemahan fisik
Yang termasuk dalam faktor kelemahan fisik antara lain: kondisi kesehatan, kemampuan kerja, kurang makan dan gizi, dan masalah sanitasi. Pada umumnya kondisi kesehatan yang buruk dianggap lebih penting sebagai penyebab kemiskinan dibandingkan faktor ketidakmampuan bekerja.
5.      Kerentanan
Faktor kerentanan mencerminkan kondisi ketidakstabilan atau guncangan yang dapat menyebabkan turunnya tingkat kesejahteraan. Didalamnya mencakup aspek pemutusan hubungan kerja (PHK), pekerjaan tidak tetap, masalah dalam produksi, bencana alam dan musibah dalam produksi, bencana alam dan musibah dalam keluarga.
6.      Sikap dan perilaku
Kebiasaan buruk atau sikap yang cenderung menghambat kemajuan masuk dalam kategori ini. Didalamnya mencakakup kurangnya upaya untuk bekerja, tidak bisa mengatur uang atau boros, masalah ketidakharmonisan keluarga, serta kebiasaan berjudi/mabuk.
Smeru (2001) menyampaikan delapan penyebab dasar kemiskinan, antara lain:
1.      Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal.
2.      Keterbatasan bahan dan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana.
3.      Adanya kecenderungan kebijakan yang diambil pemerintah bias perkotaan dan bias sektor.
4.      Sistem yang kurang mendukung dan perbedaan kesempatan antar masyarakat.
5.      Perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan sektor ekonomi (tradisional vs moderen).
6.      Produktivitas dan tingkat pembentukan modal yang rendah.
7.      Budaya hidup yang cenderung dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan, dan
8.      Tata kelola pemerintahan yang belum baik
2.3 Penanggualangan Kemiskinan
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian di revisi dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, posisi pemerintah daerah semakin menguat dan sebaliknya domisi pemerintah pusan semakin berkurang. Dalam Undang-Undang tersebut diberikan penegasan tentang makna otonomi daerah pada pasal 1 ayat (5) : bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dengan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Mengenai kewenangan daerah dipertegas lagi dalam pasal 10 ayat (1) bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintah yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah sebagai mana dimaksud ayat (1) meliputi: politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, yustisi (peradilan), moneter dan fisikal nasional serta agama. Dengan demikian selain kelima urusan tersebut merupakan kewenangan pemerintah daerah.
Disisi lain euforia otonomi daerah sering menimbulkan konflik antara pemerintah pusat dan daerah sebagai akibat daerah hanya menuntut kewenangan yang menjadi miliknya tanpa menyadari bahwa kewenangan tersebut harus diartikan sebagai membesarnya pula tanggung jawab pemerintah daerah dan seluruh rakyat di daerah untuk menciptakan keadilan, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat demi terciptanya tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal yang perlu disadari bahwa fungsi pemerintah hanya tiga hal yaitu pelayanan kepada masyarakat (services), membuat pedoman/arah atau ketentuan kepada masyarakat (regulation) dan pemberdayaan masyarakat (empowering) (kaloh, 2007 : 10)
Pada dasarnya ada hubungan yang sangat siknifikan antara otonomi daerah dengan penanggulanagn kemiskinan. Dengan di undangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah maka pemerintah daerah diberi kepercayaan peran yang sangat besar dengan dukungan sumber pendapatan daerah, baik melalui pendapatan asli daerah maupun dan perimbangan dari pemerintah pusat. Otonomi daerah juga memberi keleluasaan pemerintah daerah untuk merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi program atas kebijakan pemerintah daerah. Dalam era otonomi luas ini menuntut jaringan pemerintah daerah dapat mengambil peran yang lebih besar dalam upaya mempercepat pengentasan kemiskinan. Dengan peran yang lebih besar pada pemerintah daerah ini maka peran pemerintah pusat makin bergeser pada hal-hal yang bersifat konsepsional.
Berdasarkan kebijakan nasional telah dikembangkan visi pembangunan bidang kesejahteraan dalam mengatasi kemiskinan yaitu membangun masyarakat yang maju dan sejahtera, sehat dan mandiri, serta bebas dari kemiskinan dan mampu mengatasi bencana karena sadar siap mengatasinya. Disamping itu juga dikembangkan prioritas pembangunan dibidang kesejahteraan rakyat dan pengentasan kemiskinan, yaitu : pertama pengembangan sumber daya masnusia terutama pemberdayaan anak-anak dan wanita, kedua menanggulangi kemiskinan melalui proses pemberdayaan dan mempermudah akses keluarga miskin terhadap kesempatan berusaha, modal dan pemasaran produk-produk yang dihasilkan, ketiga penanganan bencana dan musibah (kaloh, 2007 : 246)
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah diamanatkan tugas dan sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada daerah melalui desentralisai kewenangan dan memperkuat otonomi daerah. Dan kaitkan pelaksanaan desentralisasi berarti juga menyerahkan proses pembangunan kepada masyarakat terutama pada masyarakat miskin dalam upaya menolong dirinya sendiri.
Menurut Kaloh (2007:246) program-program penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara terpadu, bukan saja pada proses perencanaan tetapi pada sasaran yang disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing wilayah tersebut. Hal ini sangat menyempurnakan pendekatan yang selama ini telah dilaksanakan dengan menyeragaman suatu program pembangunan disemua wilayah Indonesia tanpa menghiraukan kondisi-kondisi yang melingkupinya. Dengan adanya model keterpaduan program mengatasi kemiskinan yang lebih spesifik maka nilai tambah dari suatu program akan semakin besar.
Penanggulangan kemiskinan di era otonomi daerah mengandung pelajaran tentang peluang penanggulangan kemiskinan, baik dari bentuk lama yang di susun di pemerintah pusat, maupun pola baru hasil susunan pemerintah daerah, mungkin disertai dukungan pemerintah pusat atau swasta di daerah (Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2004).
Menurut Bappenas (2008) bahwa pengalaman penanggulangan kemiskinan pada masa lalu telah memperlihatkan berbagai kelemahan, antara lain:
a.       Masih berorientasi kepada pertumbuhan makro tanpa memperlihatkan aspek pemerataan.
b.      Kebijakan yang bersifat sentralistik.
c.       Lebih bersifat karikatif dari pada transformatif.
d.      Memposisikan masyarakat sebagai objek daripada subyek.
e.       Orientasi penanggulangan kemiskinan yang cenderung karikatif dan sesaat dari pada produktivitas yang berkelanjutan. Serta
f.       Cara pandang dan solusi yang bersifat generik terhadap permasalahan kemiskinan yang ada tanpa memperhatikan kemajemukan yang ada.
Kebijakan penanggulangan kemiskinan menurut Sumodiningrat (1996) digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu:
a.       Kebijakan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi penduduk miskin,
b.      Kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran, dan
c.       Kebijaksanaan khusus yang menjangkau masyarakat miskin dan daerah terpencil melalui upaya khusus.
Dalam makalah yang di tulis oleh Muhammad Hambali (2008) Beberapa program yang tengah digalakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Fokus program tersebut meliputi 5 hal antara lain pertama menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; kedua mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin; ketiga menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat; keempat meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar; dan kelima membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.
Dari 5 fokus program pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat miskin yang ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang digalakkan pemerintah terkait 5 program tersebut antara lain:
a.       Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras. Program yang berkaitan dengan fokus ini seperti :
-          Penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta ton
-          Stabilisasi/kepastian harga komoditas primer
b.      Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin. Fokus program ini bertujuan mendorong terciptanya dan terfasilitasinya kesempatan berusaha yang lebih luas dan berkualitas bagi masyarakat/keluarga miskin. Beberapa program yang berkenaan dengan fokus ini antara lain:
-          Penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional.
-          Bimbingan teknis/pendampingan dan pelatihan pengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
-          Pelatihan budaya, motivasi usaha dan teknis manajeman usaha mikro.
-          Pembinaan sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan tertinggal.
-          Fasilitasi sarana dan prasarana usaha mikro.
-          Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.
-          Pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil.
-          Peningkatan akses informasi dan pelayanan pendampingan pemberdayaan dan ketahanan keluarga.
-          Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah.
-          Peningkatan koordinasi penanggulangan kemiskinan berbasis kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin.
c.       Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Program yang berkaitan dengan fokus ketiga ini antara lain :
-          Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan dan perkotaan
-          Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
-          Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
-          Penyempurnaan dan pemantapan program pembangunan berbasis masyarakat.
d.      Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar. Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar. Beberapa program yang berkaitan dengan fokus ini antara lain :
-          Penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs);
-          Beasiswa siswa miskin jenjang Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA);
-          Beasiswa untuk mahasiswa miskin dan beasiswa berprestasi;
-          Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III rumah sakit;
e.       Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin dari kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan ekonomi. Program teknis yang di buat oleh pemerintah seperti :
-          Peningkatan kapasitas kelembagaan pengarusutamaan gender (PUG) dan anak (PUA)
-          Pemberdayaan sosial keluarga, fakir miskin, komunitas adat terpencil, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya.
-          Bantuan sosial untuk masyarakat rentan, korban bencana alam, dan korban bencana sosial.
-          Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi dan pemeriksaan rutin BALITA, menjamin keberadaan anak usia sekolah di SD/MI dan SMP/MTs; dan penyempurnaan pelaksanaan pemberian bantuan sosial kepada keluarga miskin/RTSM) melalui perluasan Program Keluarga Harapan (PKH).
-          Pendataan pelaksanaan PKH (bantuan tunai bagi RTSM yang memenuhi persyaratan).
(http://marx83.wordpress.com/2008/07/05/upaya-penanggulangan-kemiskinan/ : diunduh tanggl 19/3/2013, pukul 11.30 Wita).
Upaya penanggulangan kemiskinan kota Gorontalo berupa Kebijakan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) yang diarahkan pada tiga bidang pengembangan yang disebut Tridaya, atau upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat pada tiga bidang utama yaitu bidang ekonomi, bidang fisik dan bidang sosial. Upaya ini pada gilirannya menuju pada pemberdayaan masyarakat dalam kemandirian berusaha untuk segera keluar dari masalah kompleksitas kemiskinan.
2.4 Kajian Penelitian yang Relavan
Adapun kajian penelitian yang relevan dalam penelitian ini dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 2.1
Kajian Penelitian Yang Relevan
No
Nama/Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Kesimpulan
1
Sama’I dkk,2010
Model Pengentasan kemiskinan di Kabupaten Situbondo
Model Pengentasan Kemiskinan
Berdasarkan hasil penelitian model pengentasan kemiskinan di kabupaten Situbondo dapat disimpulkan bahwa sasaran program adalah penduduk miskin dan KK miskin di lokasi pedesaan maupun perkotaan. Lokasi PNPM mandiri dan Gardu Taskin untuk mengatasi kemiskinan masyarakat pedesaan, PNPM mandiri perkotaan untuk mengatasi kemiskinan di perkotaan. Hal ini berarti tidak ada tumpang tindih antara program pedesaan dengan program perkotaan. Program untuk pedesaan 56 persen dan program untuk perkotaan 44 persen.
2
Andi Sukamdinata, 2008
Pemetaan Kemiskinan dan strategi Pengentasannya Berbasis Isubtitusi Lokal dan Berkelanjutan di Era Otonomi Daerah di Provinsi Sumatra Barat
Pemetaan Kemiskinan dan Strategi Pengentasannya
Pemetaan kemiskinan telah menggambarkan kantong-kantong kemiskinan dalam beberapa kabupaten dan kota yang menjadi lokasi penelitian. Kantong-kantong kemiskinan tersebut berdasarkan tingkat nagari/kelurahan yang terbagi dalam kelompok petani lahan kering, persawahan dan nelayan. Dirumuskan strategi pengentasan kemiskinan berbasis institusi lokas yang disebutkan berbasis nagari/kelurahan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dirumuskan berdasarkan pernyataan penelitian, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka. Metode penelitian yang diuraikan dalam bagian ini, yaitu : Pendekatan Penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengambilan data, validitas dan reliabilitas instrumen, analisis data, definisi operasional dan pengukuran perubahan.
3.1 Pendekatan Penelitian
Menurut Pakpahan, et. Al. 1995 (dalam BPPD Kab. Penajaman Paser Utara. 2012) penelitian penanggulangan kemiskinan secara harfiah dapat ditafsirkan sebagai penelitian memecahkan masalah yang dipikirkan oleh pendekatan multidisiplin dalam upaya menghasilkan pengetahuan lintas disiplin. Penelitian pemecahan masalah ditunjukan untuk menghasilkan preskripsi atas dasar pengetahuan positif dan pengetahuan normatif. Menurut Sama’I dkk (2010) menyarankan penggunaan penelitian tindakan dalam proses penanggulangan kemiskinan. Mengacu pada tujuan penelitian, maka penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksplorasi dan partisipatif penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Gorontalo Kota Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut dikarenakan Kota Gorontalo sebagai pusat strategis yang dimiliki Provinsi Gorontalo sering menjadi sasaran dari berbagai program penanggulangan kemiskinan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dari kompilasi data pencatatan administrasi atau dokumen-dokumen yang terkait dengan kajian penelitian. Data sekunder ini dijaring dengan menggunakan instrument pedoman peninjauan dokumen.
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga (KK) dari rumah tangga miskin (pra sejahtera) di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo (berdasarkan BPS Kota Gorontalo). Penentuan sampel/responden dilakukan secara acak sederhana (Sugiyono. 2011)
3.5 Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan penetiti dalam mengumpulkan data-data sesuai dengan tujuan penelitian. Bungin (2005:78) mengemukakan bahwa "kegiatan pengumpulan data dalam pendekatan kualitatif berupa observasi, wawancara, pemanfaatan dokumen-dokumen serta perekaman dokumen (records). Berdasarkan pendapat tersebut maka teknik pengumpulan data berdasarkan Jenis data yang dikumpulkan, dalam hal ini adalah dari data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Gorontalo, dokumen-dokumen penunjang serta memanfaatkan media intrenet.
3.6 Analisis Data
Analais data yang diganakan dalam penelitian ini adalah analisis kontes (content analysis). Menurut Noeng Muhadjir (dalam Bungin, 2005:84) analisis kontes meliputi obyektifitas, sistematis dan generalisasi" Berdasarkan pendapat ini maka analisis data meliputi kajian data yang obyektifitas sesuai data BPS.
Analisis secara sistematis adalah kegiatan melakukan analisis berdasarkan bentuk pengklasisfikasian data sesuai dengan teknik pengumpulan data. Sedangkan reduksi adalah pengklasifikasian data terhadap permasalahan, dalam penelitian ini yang meliputi analisis kemiskinan.
Data-data yang terkumpul dianalisis sesuai jenis kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah kemudian dilakukakan evaluasi sejauh mana kinerja pelayanan telah memberikan kepuasan kepada rnasyarakat semaksimal mungkin sesuai dengar hasi dengan mengambilan data.
Dalam hubungannya dengan penelitian ini maka analisis pelayanan aparat pemerintah kepada masyarakat miskin meliputi:
a.       Analisis pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin melalui program Jamkesmas/Jamkesta.
b.      Analisis  pelayanan  bantuan  social berupa beras miskin (Raskin) kepada masyarakat miskin.
c.       Analisis pelayanan administrasi berupa administrasi kependudukan, hajatan dan sebagainya kepada masyarakat miskin.




DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2005. Draft Ringkasan Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Hurairah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. Bandung: Humaniora.
Kaloh.2007.http://2frameit.blogspot.com/2012/03/otonomi-daerah-dan-penanggulangan.html (diunduh tanggal 18/3/2013: 22.04)
Muhammad Hambali (2008) (http://marx83.wordpress.com/2008/07/05/upaya-penanggulangan-kemiskinan/ (diunduh tanggal 19/3/2013: 11.30)
Pasandaran, E. 1994. Hasil Penelitian Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Nusa Tenggara Timur Kabupaten Ende dan Timor Tengah Utara. Jakarta: Puslitbangnak.
Sama’I dkk. 2010. Metode Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Situbondo. Jember: FISIP.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sudantoko.2009.http://imiksfisipusu.wordpress.com/2010/08/24/teori-teori-kemiskinan/ (diunduh tanggal 18/3/2013: 16.20)
Supriatna.2010.http://imiksfisipusu.wordpress.com/2010/08/24/teori-teori-kemiskinan/ (diunduh tanggal 18/3/2013: 20.15)
Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan. (diunduh 18 Maret 2013 : 08.35)